PR Terakhir...

Senin, 17 Agustus 2009

Kalau ada anak yang tidak pernah dimarahi ayahnya, saya adalah salah satunya. Seingat saya selama hidup saya, belum pernah rasanya saya mendapat bentakan atau cacian dari seorang ayah. Padahal karakter ayah saya agak sedikit keras, tetapi rasanya kami sebagai anak tidak pernah mengalami kekerasan baik fisik maupun mental seperti yang sering dialami seorang anak dalam keluarga.

Salah satu nilai yang ditanamkan pada anak-anaknya adalah kesederhanaan. Kami memang keluarga yang berada dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan. Sehingga ketika ayah mengajarkan nilai kesederhanaan, sepertinya tidak terlalu sulit, karena memang hidup kami sederhana. Walaupun keadaan ekonomi yang pas-apasan, akan tetapi kalau demi kepentingan pendidikan, ayah kami selalu mengusahakan sekuat tenaga agar kami bisa menyelesaikan pendidikan yang sedang kami tempuh. Masih lekat dalam ingatan saya, ketika saya memasuki sekolah keperawatan yang bagi ukuran keluarga kami sangat berat dalam pembiayaan, namun dengan berbagai upaya beliau tanpa mengeluh teus mengupayakannya, dan akhirnya walau harus menjual beberapa barang-barang miliknya, selesai juga saya menempuh pendidikan keperawatan sampai kebidanan dan akhirnya bekerja sebagai PNS, yang bagi orang tua kami itu sangat membanggakan.

Saya yakin perjuangan ayah saya tidaklah berhenti situ. Doa dan perhatiannya pasti tidak pernah berhenti. Kalu beliau tahu kami memiliki masalah yang ringan sekalipun, beliau selalu berupaya untuk ikut memecahkannya. Kadang hal yang sepele sekalipun. Banyak kemudahan hidup yang kami dapatkan dari Allah, bisa jadi merupakan bagian dari dikabulnya do’a orang tua kami..

Salah satu perjuangan berat yang harus dilewatinya adalah menghadapi penyakit asthmanya. Lebih dari sepuluh tahun terakhir ini beliau menderita penyakit asthma yang berat. Berbagai upaya telah kami lakukan untuk mengatasi penyakit alergi tersebut. Berobat ke dokter, herbal, pijat refleksi, di rawat di beberapa RS (RS Tasikmalaya, RS Ciamis, RSI Al-Ihsan) telah dilewatinya. Yang sering membuat hati miris adalah jika serangan asthma itu menimpanya. Dan do'a yang selalu kami panjatkan adalah " Ya Allah ringankanlah beban ayah kami dari penyakit itu dan beban lainnya, beri dia kesabaran dalam menghadapinya"

Semakin hari penyakit itu semakin berat...Inhaler (alupent spray) yang saya kirim tiap bulan untuk mengatasi sesak nafasnya, kian hari kian sering harus kami kirim yang menandakan semakin seringnya penyakit itu menyerang beliau.

Dan salah satu beban yang paling berat yang harus saya hadapi adalah keika harus menyaksikan beliau tersiksa oleh sesak nafasnya...

Sering kami mendapat telpon harus segera ke Ciamis karena kondisi ayah kritis. Kadang kami (anak-anaknya) sudah berkumpul jangan-jangan hal yang tidak diharapkan menimpa ayah kami. Namun ketika saya akan mengadakan acara syukuran khitanan Ihsan, beliau alhamdulillah bisa datang dalam keadaan sehat, walau terkadang serangan asthma menimpanya.

Seminggu terakhir kami bersama, berkumpul melewati acara syukuran itu. Masih ingat ketika beliau bercerita tentang teman-teman dekatnya yang sudah meninggal terlebih dahulu, saya menghiburnya kalau beliau alhamdulillah dipanjangkan umurnya, walau harus menderita penyakit berat. Saya mengingatkan untuk tetap shabar dengan cobaan ini agar penderitaannya tidak sia-sia...

Terakhir beliau pulang diantar suami dan tetangga yang ikut dari Bandung ke Ciamis (saya tidak bisa mengantar karena anak- anak sedang sekolah) beliau dalam keadaan sehat dan kelihatan senang sekali...Saya tidak menyangka itu adalah pertemuan kami yang terakhir, dan dua hari kemudian kami mendapatkan kabar mengejutkan bahwa beliau telah berpulang ke rahmatullah..Innalillahi wainnailaihi roojiuun...

Pada Jum'at dini hari, 14 Agustus 2009 tanpa serangan asthma seperti biasa, ayah tiba-tiba dengan tenang menghembuskan nafasnya yang terakhir dipangkuan ibunda.

Melihat tanda-tanda kebaikan pada jasad beliau seperti tampak senyum di wajah, jasad yang tidak kaku, mudah-mudahan pertanda bahwa beliau termasuk orang yang baik.

Yang membuat saya menangis mengiringi kepergiannya adalah bukan karena tidak rela melepas kepergiannya, akan tetapi karena mengenang penderitaan selama hidupnya, menyesali kurang maksimalnya kami merawat beliau selama hidupnya karena berbagai kewajiban yang harus kami hadapi.

Ayahanda meman telah pergi, akan tetapi penyesalan berkepanjangan bukanlah solusi..Saya teringat sebuah hadist Rasulullah "Apabila anak Adam meninggal dunia putuslah amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR. Muslim).

Untuk kebahagiaan beliau di alam sana, saya punya PR terakhir, menjadi anak sholeh/ah dan mendoakannya, semoga…..

Selamat jalan ayah, do’a kami menyertaimu….

Read more...

My Family Slide

About This Blog

About This Blog

  © Blogger template Columnus by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP